Jum’at 13 September 2019, Jurusan Bimbingan Konseling Islam kedatangan tamu istimewa. Beliau adalah Dr. Muhsin Kalida, MA, seorang dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga seorang Psycowriter, penulis dan penggiat literasi Nasional.
Dalam kesempatan tersebut, pa Muhsin banyak bercerita tentang kiat-kiat beliau menumbuhkan minat menulis para mahasiswanya, dan juga anak-anak SD yang beliau bimbing dan didik menjadi penulis sedini mungkin. Bahkan dibawah bimbingannya, anak-anak SD di Yogyakarta mampu merampungkan dan menerbitkan buku karya mereka sendiri.
Beliau mengelola perpustakaan komunitas yang diberi nama Cakruk Pintar, di Dusun Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY. Cakruk Pintar berdiri tahun 2003, berawal dari keprihatinan Muhsin pada budaya membaca masyarakat yang semakin menyusut, karena dikalahkan oleh budaya menonton, saat itu. Dalam usianya kurang lebih 15 tahun, Cakruk Pintar semakin banyak dikunjungi masyarakat, dari usia anak-anak, remaja maupun dewasa.
Perpustakaan Cakruk Pintar dikunjungi semua kalangan. Terkadang pagi ibu-ibu sambil momonganak, mereka bisa asyik membaca buku, sementara yang sepuh membaca koran. Siang sampai sore anak-anak SD, usai sekolah hadir membaca, main game, belajar kelompok dan lain-lain. Remaja (usia SLTP-SLTA), kebanyakan berkunjung di malam hari.Sedangkan para pemuda dan usia dewasa, membaca buku, akses free-wifi, atau hanya sekedar begadang di angkringan yang ada di area Cakruk Pintar.
Jadi, perpustakaan Cakruk Pintar sifatnya terbuka, tidak berbatas ruang dan waktu, selama 24 jam. Selain dilengkapi dengan koleksi 3.250 eksemplar buku non pelajaran sekolah, meja-kursi baca, alat-alat permainan dan kesenian tradisional, peralatan hadrah, juga berbagai macam permainan edukatif, dan lain lain.
Dalam perjalanan waktu, Muhsin berharap pemustaka dan pengunjung, tidak hanya hadir dan gemar membaca, tetapi jugamenulis. Menurut Muhsin, membaca dan menulis merupakan kewajiban setiap orang, karena itu perintah agama.Banyak tokoh dunia dikenal bukan karena tutur kata, tetapi karena karya tulisnya. Menulis memang membutuhkan konsentrasi, menemukan tema, dan menciptakan mood. Kuncinya adalah bukan menunggu mood, tetapi mood harus diciptakan, bukan ditunggu, karena tak akan datang. Misalnya, di perpustakaan Cakruk Pintar, rak buku dibuat berwarna-warni, musik slow yang selalu terngiang sayup, suara air yang gemricik kecil, sesekali terdengar klonthong sapi, difungsikan sebagai pengkondisian suasana, supaya para pengunjung bisa betah di perpustakaan Cakruk Pintar, baik membaca maupun menulis.
Muhsin Kalida, bukan saja dikenal sebagai penulis, namun juga populer sebagai pegiat literasi dan trainer hypnowriting. Yaitu, workshop menulis dengan menghasilkan produk tulisan yang siap dicetak dan diterbitkan. Melalui metode ini, Muhsin berhasilmempersuasi masyarakat, siswa, guru, mahasiswa, maupun para pengunjung perpustakaan Cakruk Pintar, selain gemar membaca,juga menulis dan menerbitkan buku.
Metode unik dalam mengembangkan budaya literasi masyarakat ini, ditemukanMuhsin setelah melakukan riset yang panjang. Berlatar belakang psikologi (pendidikan), ia banyak mempelajari perilaku, kekuatan memori, sampai pada metode hypnowriting, sebagai metode untuk menumbuhkan minat menulis pada seseorang. Dengan metode ini, hanya butuh waktu tiga jam untuk mengajak seseorang, bermain, tes kekuatan memori, menemukan ide terdekat, menciptakan mood secara spontan, kemudian mengekspresikan dalam tulisan. Dengen metode yang dikembangkan ini, Muhsin telah mendampingi sekitar 80an buku yang diterbitkan oleh peserta training hypnowriting.